Judul : CATATAN RAMADHAN : Ketaatan Yang Tak Berbuah
link : CATATAN RAMADHAN : Ketaatan Yang Tak Berbuah
CATATAN RAMADHAN : Ketaatan Yang Tak Berbuah
Foto : Ust. Rivan Kalalo |
MANADO,Elnusanews -- Sikologi sebagai ungkapan rasa rendah diri karena perbuatan maksiat yang melekat pada diri, adalah sifat hamba (ubudiyah). Dan perasaan Maha Mulia dan Maha Besar adalah sifat Tuhan (Rububiyah). Adapun sifat seperti yang dimaksud adalah sikap yang harus dimiliki oleh hamba yang melekat pada dirinya dosa-dosa, hendaklah ia tidak merasa hina dan rendah diri. Ia harus berpengharapan penuh kepada Rahmat Allah. Orang seperti ini adalah orang yang lebih baik dari orang yang merasa telah banyak beribadah dan taat kepada-Nya, akan tetapi tumbuh rasa angkuh dan tinggi diri dengan amanl ibadahnya itu.
Sesungguhnya mereka yang merendahkan diri adalah hamba yang terlibat dalam perbuatan ma'siat, lebih baik dari angkuhnya hamba yang berbuat taat. Seorang hamba yang taat beribadah, akan tetapi tumbuh rasa angkuh dan riya' dalam hatinya, maka sikologinya meremehkan amal ibadahnya itu. Ada juga hamba Allah yang sering terlibat perbuatan dosa, yang sangat menyedihkan hatinya, Allah memberi hidayah kepadanya, lalu tumbuh penyesalannya dan rasa khasiyah kepada Allah, ia telah berjalan menuju keselamatan.
Kesombongan walaupun tidak dinyatakan dalam perkataan atau perbuatan, dapat dirasakan dalam hati si hamba sendiri. Sebab, kesombongan yang tersimpan dalam hati, akan lebih membahayakan si hamba, karena akan menumbuhkan berbagai macam sifat yang bisa menggolongkan dirinya sebagai manusia syirik.
Dikisahkan pada masa lampau, ada seorang ahli ibadah yang selalu bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT., membuat ia selalu mendapat perlindungan-Nya. Kemana saja ia pergi ia selalu ditutupi oleh awan hingga badannya tidak terkena panas matahari. Pada suatu hari ketika si 'fulan ini sedang mengadakan suatu perjalanan, seorang pelacur melihatnya, lalu dalam hati pelacur ini tumbuh perasaan halusnya. Ia mendekati hamba Allah yang taat ini, dengan harapan ia mendapatkan Rahmat Allah SWT., ketika pelacur ini mendekat kepadanya, tiba-tiba saja ahli ibadah ini menjadi jijik, dan mengusir pelacur itu dengan kata-kata menyakitkan.
Peristiwa itu dikisahkan dari peristiwa ahli ibadah Bani Israil. Nabi Muhammad SAW. Menerima wahyu dari Allah SWT., tentang peristiwa ini, menyebut bahwa Allah SWT., telah mengampuni dosa pelacur tersebut dan membatalkan amal ibadah si ahli ibadah itu. (Na'udzu billah).
Peristiwa ini telah memberi I'tibar kepada manusia, agar janganlah mereka mencampurkan kemurnian ibadah kepada Allah SWT., dengan perasaan atau tindakan yang berakibat musnahnya amal ibadah mereka sendiri. (Uridu ilal ishlah mastatho'tu wama taufiqi illa billah, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib). Wallohu 'a'lam bis shawab.
Demikianlah Artikel CATATAN RAMADHAN : Ketaatan Yang Tak Berbuah
Sekianlah artikel CATATAN RAMADHAN : Ketaatan Yang Tak Berbuah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel CATATAN RAMADHAN : Ketaatan Yang Tak Berbuah dengan alamat link https://kuberitai.blogspot.com/2019/05/catatan-ramadhan-ketaatan-yang-tak.html